• RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
Posted by REIGA (IPA 3) - - 0 komentar

Pada suatu sore, tampak seorang pemuda tengah berada di sebuah taman umum.
Dari raut wajahnya terlihat kesedihan, kekecewaan, dan rasa frustasi.
Dia terlihat berjalan dengan kepala tertunduk lesu.
Sebentar-sebentar ia duduk dan menghela nafas panjang.
Kegiatannya itu dilakukannya berkali-kali, seakan dia tidak tau apa yang hendak dilakukannya.

Saat pikirannya sedang menerawang entah kemana, tiba-tiba pandangannya terpaku pada gerakan seekor laba-laba yang sedang membuat sarangnya di ranting pohon tempat ia duduk.
Dengan perasaan kesal, ia pun kemudian iseng mengambil sebatang ranting dan merusak sarang tersebut tanpa rasa ampun.
Seusai melepaskan kekesalannya, perhatian pemuda itu teralih sementara untuk mengamati kira-kira apa yang akan dikerjakan laba-laba setelah sarangnya hancur oleh tangan isengnya.
Apakah laba laba trsebuat kan lari terbirit-birit atau dia akan membuat kembali sarangnya di tempat lain.
Rasa penasaran itu rupanya segera mendapat jawaban.
Tak lama, si laba laba tampak mulai kembali ke tempatnya semula.
Laba-Laba itu mulai mengulangi kegiatan yang sama, merayap, merajut dan melompat.
Setiap helai benang dipintalnya dari awal, semakin lama semakin lebar dan tanpa kenal lelah.

Setelah menyaksikan usaha si laba-laba yang sibuk bekerja lagi dengan semangat penuh untuk memperbaiki dan membuat sarang baru, kembali si pemuda beraksi dengan tujuan menghancurkan sarang tersebut untuk yang kadua kalinya.
Dengan perasaan puas namun penuh rasa ingin tahu, diamati ulah si laba-laba. Apa gerangan yang akan dilakukannya setelah sarangnya dirusak untuk yang kedua kalinya.

Ternyata, untuk ketiga kalinya, laba-laba itu mengulangi kegiatannya, kembali memulai dari awal.
Dengan bersemangat merayap, merajut dan melompat dengan setiap helai benang yang dihasilkan dari tubuhnya.
Laba-laba itu memintal kembali sarangnya sedikit demi sedikit.

Setelah melihat dan mengamati ulah laba-laba tersebut dalam membangun sarang yang telah hancur untuk ke tiga kalinya, saat itu juga si pemuda tersadarkan.
Tidak peduli beapa kali sarang nya dirusak dan dihancurkan, sebanyak itu pula laba-laba itu membangun sarangnya kembali.
Semangat binatang yang begitu kecil dengan giat bekerja tanpa mengenal lelah telah membuka mata si pemuda.

Hal itu menimbulkan perasaan malu dirinya karena dia baru saja mengalami satu kali kegagalan lalu sudah menyerah dan putus asa.
lalu sang pemuda pun berjanji dalam hati untuk berjuang dengan lebih lagi dan siap menghadapi kegagalan yang menghadang.
Segera si pemuda bangkit dan bertekad kuat untuk bekerja lebih giat lagi tanpa putus asa.

=== Mengalami kegagalan bukan berarti kita harus menyerah apalagi putus asa. Sebab sebenarnya dengan kegagalan itu berarti kita bisa instopeksi diri dan mengevaluasi setiap kesalahan yang telah kita perbuatan agar tidak terulang lagi di kemudian hari nanti agar menjadi lebih baik ===

Leave a Reply